Penerapan Home Visit Dalam Program Kesetaraan Di SKB Magetan

 

        Home visit merupakan sebuah metode yang biasa digunakan dalam pendidikan formal. Penggunaan metode ini dilakukan oleh sekolah untuk memperoleh informasi mengenai keadaan anak didik, lingkungan keluarga, dan lingkungan tempat tinggalnya. Menurut Dewa (2008:11) home visit atau kunjungan rumah adalah kegiatan pendukung  bimbingan dan konseling untuk memperoleh data, keterangan,  kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan klien  melalui kunjungan kerumahnya. Kegiatan ini memerlukan kerjasama  yang penuh dari orang tua dan keluarga lain.

Tidak hanya dalam pendidikan formal, dalam pendidikan nonformal khususnya pendidikan kesetaraanpun dapat menggunakan metode home visit untuk menindaklanjuti sebuah permasalahan atau memperoleh sebuah informasi yang dibutuhkan. Dalam Undang-undang RI tahun 2003 Sisdiknas pasal 26 ayat 3menjelaskan bahwa  pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Pendidikan kesetaraan mencakup Paket A (setara SD), Paket B (setara SMP) dan Paket C (setara SMA). Salah satu tujuan pendidikan kesetaraan yaitu menjamin penyelesaian pendidikan dasar yang bermutu bagi anak yang kurang beruntung (putus sekolah, putus lanjut, tidak pernah sekolah), khususnya perempuan, minoritas etnik, dan anak yang bermukim di desa terbelakang, miskin, terpencil atau sulit dicapai karena letak geografis dana tau keterbatasan transportasi. Peserta didik atau kalau dalam pendidikan nonformal disebut dengan warga belajar, dalam pendidikan kesetaraan memiliki tingkat heterogenitas yang tinggi. Baik dari segi usia, pekerjaan, maupun tingkat sosial ekonomi keluarga.


UPTD SPNF SKB Magetan sebagai penyelenggara pendidikan nonformal, mengadopsi metode home visit untuk mengoptimalkan pembelajaran program kesetaraan.
Masalah yang sering timbul dalam pendidikan kesetaraan sehingga membutuhkan home visit diantaranya: minimnya kehadiran warga belajar dalam pembelajaran, rendahnya partisipasi dalam mengikuti proses pembelajaran serta terdapat beberapa warga belajar yang terkadang tidak ada kabarnya. Home visit dilakukan oleh pamong belajar dengan pembagian tugas sesuai keputusan bersama. Pembagian jumlah warga belajar yang akan dikunjungi oleh pamong belajar diatur berdasarkan letak geografis tempat tinggal. Dalam pelaksanaannya, pamong belajar berbentuk tim terdiri dari 2-3 orang, kemudian mengunjungi rumah sasaran warga belajar satu persatu. Informasi yang digali dalam home visit yakni kondisi rumah tangga dan orang tua (wali), fasilitas belajar yang ada di rumah, hubungan antar anggota keluarga, sikap dan kebiasaan warga belajar di rumah, serta komitmen orang tua (wali) dalam pengentasan masalah warga belajar. Selain berfokus pada penggalian informasi, dalam kegiatan ini pamong belajar juga bertugas memberikan edukasi dan motivasi kepada warga belajar serta walinya agar mereka dapat bersemangat kembali dan meningkatkan partisipasinya dalam mengikuti pembelajaran. Pemberian motivasi dilakukan dengan bicara dari hati ke hati, melibatkan wali untuk bekerja sama dan menjaga komitmen serta dengan penambahan metode success story.

Penggunaan metode home visit dapat dilakukan berulang kali sesuai kebutuhan. Dengan digunakannya metode ini dalam program pendidikan kesetaraan diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan kualitas pendidikan Indonesia yang pada akhirnya akan berdampak pula pada peningkatan Sumber Daya Manusia Indonesia.

Oleh: Suci Hari Mulyani

 

 

Reference

Dewa Ketut Sukardi(2008). Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Depdiknas. (2003). Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas

Komentar

Postingan Populer